Kalau saya diberikan hanya tiga kriteria untuk melukiskan seperti apa kota Bandung, maka jawaban saya tentang kota ini adalah :
- Kota Kembang (default)
- Kota Mode
- Kota Kuliner
Kemanapun disudut kota Bandung ini , kita akan dengan mudah menemukan salah satu dari ketiga ciri khas tentang kota ini.
Sejak dibangunnya Tol Cipularang yang selesai pada tahun 2006, Bandung sebagai daerah tujuan wisdom -wisatawan domestik- dan wisman -wisatawan mancanegara- saat ini semakin mudah dijangkau dari Jakarta. Sebelumnya, mencapai Bandung dibutuhkan waktu rata-rata 3,5 jam lebih dengan kereta api, atau 3 jam dengan kendaraan /travel. Saat ini Bandung dapat ditempuh dari Jakarta hanya dengan 2 jam saja dengan kendaraan pribadi /travel !
Tidak heran, kemudahan mencapai Bandung, menjadikannya kota ini, mendapatkan satu lagi predikat menjadi Kota Macet, utamanya pada saat liburan atau weekend. Saya berkesempatan mengunjungi kota ini ketika musim libur sudah lewat. Beruntung, walaupun macet, namun tidak seberapa jika dibandingkan dengan saat musim liburan yang lalu.
Tujuan pertama saya setelah keluar dari antrian pendek Tol Pasteur, adalah Paris Van Java (PVJ) di Sukajadi. Sebuah lokasi belanja, mode, dan makanan yang terletak hanya beberapa menit saja berkendaraan dari Tol Pasteur. Salah satu ciri khas dari Paris Van Java adalah nuansa nya yang open air semi outdoor dengan pemandangan burung-burung merpati yang berkeliaran bebas, dan daya tarik konsep bangunan yang kental dengan desain Eropa.
Berbagai fasilitas perbelanjaan, makanan dan entertainment terdapat di PVJ, antara lain Sogo Dept Store, Carrefour, Gramedia, Blitz Megaplex Theater, cafe-cafe, restoran sushi, King Duck dan banyak lagi lainnya, sangat tepat bila disebut sebagai sebuah ‘Resort Lifestyle Place’.
Melakukan perjalanan wisata, tidak menjadikan saya ingin bertahan lama disuatu tempat. Sebenarnya PVJ adalah tempat yang tepat untuk santap siang, namun saya ingin sekali mencari tempat makan yang khas Sunda tradisional. Dari seberang Hotel Papandayan di Jalan Lembong, makan siang sekaligus sholat dhuhur menjadi tempat berlabuh selanjutnya, yaitu di “Resep Dapurku”.
Konsepnya penyajiannya mirip dengan restoran Ampera di Jalan Soekarno Hatta,Bandung. Setiap makanan bebas dipilih untuk kemudian digoreng. Bagi penyuka sambal tradisional, berbagai pilihan dapat menjadi alternatif. Makanan dan minuman yang disajikannya pun cukup beragam, dan dapat dipilih sendiri, seperti Es Campur, Es Cendol, Kopi Bara.
Meluncur dari Lembong setelah makan siang, Rumah Mode di Jl. Setiabudhi lantas jadi sasaran berikutnya. Di Bandung ini, nama “Rumah Mode” sudah dapat disejajarkan dengan “ATM BNI” yang menjadi bagian dari peta petunjuk jalan yang terpampang di papan arah jalan, kota itu. Fantastik.
Kalau lapar di Rumah Mode, tidak perlu khawatir, karena banyak pilihan makanan didalam kompleks Factory outlet ini. Hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp. 16.900 saja, Strawberry Cheese Cake menjadi pengganjal perut sore sebelum makan malam Surabi di Setiabudhi.
Sebelum meninggalkan Bandung keesokan harinya, Gedung Sate, dan Lapangan Gasibu tidak saya lewatkan dalam daftar list kunjungan. Pasar dadakan di hari Minggu yang ramai dengan berbagai lapak-lapak tidak permanen ini menawarkan beragam barang dagangan dan Jasa. Tidak hanya, makanan, minuman, pakaian, saya pun dapat menemukan jasa peramal yang cukup diminati para wanita. Luar biasa.
Setelah tiga julukan kota Bandung sebagai kota Kembang, Mode, dan Kuliner. Menurut anda, apa lagi yang bisa dinobatkan untuk kota Bandung ini ???
hmm…. my suggestion.. kota udara nyaman 🙂
Kayanya udaranya udah nggak nyaman lagi karena semakin banyak orang Jakarta yang datang.
Bandung jadi Sumpek.
Gedung satenya asik tuch.. komposisi dan warnanya asik.. 🙂 tajam terpercaya.. heheheh pakai lensa apa ?
Pake lensa standard, Canon lenskit 18-55,
f.4, speed 1/1250 dengan ISO 200, focal length 27 mm.
Diambil pagi hari sekitar jam 9.30 pagi.
itu yg gambar paling bawah.. tukang tilik? aahh satu penipuan yang terang2an 🙂
Iya. Diantara para penjual makanan, minuman, pakaian, ada satu ‘usaha’ yang membuat saya menoleh, karena uniknya.
Itulah si tukang ramal.
lagi-lagi pic.nya makanan (huh..terlalu menggoda utk dipandang..slruupp)
btw, ad yg kurang tuh hrg makanan di ‘Resep dapurku’ harusny d rilis juga…sapa tau bs jd alternatif cr makanan sesuai kocek pas d bandung :p
yep, semakin menggoda semakin bagus, hehehee. Makanan dengan harganya relatif bagus, mbak. Suatu kali ke bandung nanti, boleh deh dicoba.
dlay, gw memang belum pernah ke PVJ, tapi that place remind me to Bugis Junction yah…sekilas gw kirain itu lho…
Wah Slash, kayanya mesti coba deh datang ke sana. Cool …
betull…. exactly seperti di bugis! 🙂 Slash aku juga sudah lama nggak ke bandung.. we can all go together hehe biar adelay jadi tourguide *wink*
hm… hihihi.. cheese cakenya menggoda, enak ta?
btw, sayah juga pernah iseng2 di ramal ama si bapak ntu. disuruh ini itu, pas sampe rumah udah lupa deh apa yang dia suruh :D.
Heheheh, kalo boleh tau, berapa sih tarifnya diramal ama si bapak ntu ?
Indah sekali bandar bandung yang digambarkan melalui photo-photo tersebut …harap tidak banyak bangunan indah yang rosak hasil gempa hari itu. mudahan suatu hari nanti saya bakal mengembara ke sana. Salam mesra.
Insya Allah mbak bisa travelling kesini suatu saat nanti.
Saya doakan mbak. Mudah2an bisa datang sebelum musim liburan, untuk menghindari kemacetan yang selalu akrab terjadi di kota ini.
Sebagian rusak karena gempa yang terjadi di Tasikmalaya yang berlokasi di selatan Jawa.
Bandung terletak di selatan Jakarta.
terserah mo dikasih nama apalagi.. aq suka banget ma bandung… ga pernah bosen ke sana, padahal aq org jateng… mungkin krn cold n cool kali, daripada cirebon..
terserah mo dikasih nama apalagi…aq suka banget ma bandung..ga (blm) pernah bosen ke sana, pdhal aq org jateng, mungkin karena cold n cool drpd cirebon kali ya… fotonya bagus2. siip…tetep berkreasi…
Bolak balik ke Bandung nggak pernah mbosenin, selalu ada aja alasan untuk jalan kesana, walaupun macet.. hehehe..
Thanks Sunflo.. 🙂
Wow… Bandung, I found you here… trimakasih sudah menulis dengan indah tentang Kota Bandung.. kota kelahiranku.. setiap pulang rasanya selalu menghirup atmospher yang berbeda… selalu bikin kangen.. membaca tulisannya mas Adelay, jadi pengen pulaaaang…. and photo PVJ nya keren, kayak dimanaaa getho yaaa? mmm ga perlu jalan2 ke luar negeri dech klo mu hang out ke tempat yang OK.. mm Bandung, I love you full!!