Senyum simpul terkulum dibibir saat teringat masa kecil saya naik kereta api bersama orang tua, untuk pertama kalinya.
Jangan membandingkan hal-hal yang berlebihan tentang kereta masa lalu itu, karena kondisinya jauh jika dibandingkan dengan kereta masa kini.
Tidak saja fisik keretanya, tetapi juga suasananya yang hiruk pikuk saat naik kereta menjelang lebaran, berdesak desakan dengan peluh, berebutan tempat duduk sampai berlebihan muatan.
Berpuluh tahun kemudian, saya beruntung menikmati kemajuan teknologi perkereta apian di negeri orang. Saat posting ini ditulis saya berada dalam kereta api cepat bernama Renfe.
Renfe AVE (Alta Velocidad Española) atau berarti Spanish High Speed dimiliki oleh 100 persen pemerintah Spanyol. Spanyol memiliki satu lagi maskapai kereta api yang diperasikan oleh swasta, yaitu Alvia.
Beberapa tahun sebelumnya, saya juga beruntung pernah merasakan kereta super cepat buatan Jepang, dalam perjalanan selama dua jam antara Osaka – Tokyo, Shinkansen .
Hal yang menarik bagi saya untuk tidak tidur dalam kereta Renfe yang saya tumpangi dari Barcelona menuju Cordoba ini, adalah mencermati berapa kecepatan terbaik yang dapat ditempuh oleh kereta ini.
Waktu tempuh perjalanan dari Barcelona Sants sampai stasiun Cordoba memakan waktu 4 jam 40 menit.
Kecepatan tertinggi yang dicapai menuju Camp de Tarragona (pemberhentian pertama) adalah 294 km/ jam. Kecepatan 300 km/jam baru dapat ditembus antara Lleida menuju Zaragoza.
Kecepatan ini tentu tidak dipertahankan terus, namun disesuaikan dengan situasi dan kondisi rel yang boleh jadi memang sudah sedemikian baiknya sampai kota itu.
Selepas Zaragoza kereta mulai sedikit bergetar. Kecepatan kereta yang demikian tinggi ini membuat telinga menjadi tersumbat karena tekanan udara yang tidak cukup kedap dari luar.
Tak Heran pihak Refne menyediakan fasilitas handsfree gratis untuk mendengarkan berbagai channel yang disediakan untuk memanjakan telinga.
Rupanya handsfree ini menjadi kebutuhan yang cukup penting, karena perjalanan kereta kecepatan tinggi ini ditandai dengan kejadian-kejadian tekanan tinggi berikutnya.Begitu pula dengan getaran-getaran kereta yang terbilang cukup dominan.
Tahun 2013 yang lalu, kereta Renfe Jurusan Madrid mengalami anjlok dan menimbulkan puluhan korban jiwa.
Membandingkannya dengan Shinkansen (yang dalam bahasa Jepang berarti peluru), hal tersebut terasa berbeda karena Kereta Jepang berlalu tanpa hal-hal yang saya sebutkan itu. Sementara dari sisi kecepatan, Shinkansen mampu mencapat top speed di 443 km/jam. Selama puluhan tahun beroperasi, walaupun dari sisi top speed Shinkansen masih dapat ditandingi oleh kereta buatan China, namun Shinkansen belum sekalipun mengalami kecelakaan berarti.
Getaran berarti tidak terasa dalam Shinkansen, begitu juga tekanan udara yang memekakkan telinga. Kenyamanan perjalanan lebih banyak diperoleh disini.
Jepang dan Eropa diikuti oleh China dan Korea menjadi kompetitor utama perlombaan adu mumpuni kecepatan kereta yang dikembangkan oleh masing-masing negara.
Teknologi yang dikembangkannya pun tidak lagi melulu menggunakan rel konvensional. Ada juga kereta yang dikembangkan Jerman yang menggunakan teknologi Maglev atau Magnetic Levitation.
Bagi konsumen seperti saya, keselamatan dan kenyamanan menggunakan transportasi publik seperti kereta, adalah hal yang berada paling diatas hal-hal lainnya.
Baguss bahasannya, kita jadi tau macam-macam kereta cepat, jujurnya aku baru taau ada kereta bernama renfe di Spain, informatif.
Thanks Adriana
Wiiihhh, saya nggak mau ngebandingin dengan kereta api di negara kita, ah…
😉
Thanks ceritanya Adelays, saya juga ngeliatin posting ini ke Risa, anak saya. Hehe, soalnya dia pengen banget ke Cordoba dan daerah-daerah di sekitarnya…
Silakan Mbak.. Mudah2an keinginan Risa k Cordoba terlaksana.
Saya suka membaca posting ini, karena sangat informatif.
Melalui tulisan ini, saya yakin mas banyak membaca dan mengulang2 bahan yang akan ditulis. Seorang penulis memang lebih banyak membaca dibandingkan menulis. Keuntungan membaca kita mempunyai banyak ide untuk digarap dalam penulisan.
Wah… ngeri juga melihat musibah yang pernah menimpa Renfe ya. Semoga kita semua diajauhkan dari musibah semacam itu.
Beruntung mas sudah sampai ke Cardoba, Spain. Saya juga rasanya mau sekali kesana…. Envy mas Adelays…..
Doakan saya juga bisa sampai ke sana ya, hiksss….
Alhamdulillah, Jangan lupa sujud syukur karena telah sampai ke tempat-tempat yang diinginkan. Dan Alhamdulillah telah dimudahkan….
Terima kasih telah mengingatkan saya untuk bersyukur atas apa yang telah dialami..
Saya doakan juga Khusnul mendapat kesempatan dan keberuntungan itu.. Amiin
renfe keren ya kapan ya di indonesia beginian