Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, matahari pagi belum menyinari jendela Hotel Los Patios, tempat saya menginap. Subuh pun belum tiba, karena Subuh baru masuk pukul 6.44 menit. Saya tak sabar lagi untuk masuk ke dalam Mezquita yang bersejarah itu.
Pagi pun menjelang. Mezquita, dibuka untuk umum pukul 08.30 – 09.30. Periode satu jam disesi pertama ini free of charge, namun setelahnya (mulai pkl. 10.00) dikenakan biaya 8 Euro setiap hari kecuali hari Minggu, karena dipergunakan untuk kebaktian.
Nama Mezquita yang berarti masjid, tetap dipertahankan walaupun kini berfungsi sebagai cathedral. Di taman kompleks Mezquita, saya melihat kebun pohon jeruk yang berada di sekitar taman sedang berbuah.Walaupun buahnya sudah matang, tidak satu pun penunjung berusaha memetik buah itu.
Kebanyakan dari mereka termasuk saya langsung menuju bangunan utama cathedral. Seorang penjaga memberikan kode untuk melepaskan topi yang saya pakai ketika hendak masuk.Inilah saat-saat yang saya tunggu-tunggu kemarin. Tak percaya rasanya menyaksikan secara langsung, bangunan yang berabad-abad lalu sejak 787 M sudah difungsikan sebagai masjid.
Ketika masuk ke ruangan utama hampir di setiap sudut terdapat benda-benda, lukisan dan peninggalan yang merupakan saksi bisu sejarah peradaban gedung ini saat pertama kali dibangun berfungsi sebagai gereja. Namanya gereja Visigoth st. Vincent.
Suara alat musik organ membahana seantero ruangan. Sayangnya saat sesi pertama ini dibuka, aktivitas kebersihan dengan mesin-mesin pembersih lantai sedang dilakukan didalam gedung itu, sehingga tidak semua tempat bebas untuk ditelusuri, sampai saya berjalan menuju tengah bangunan.
Disitulah saya menemukan altar utama cathedral yang megah dan menjadi sumber suara piano yang sejak tadi saya dengar. Tempat aktivitas gereja dilakukan kembali sejak direbut kembali oleh tentara kristen pada abad ke 16.
Tidak puas sampai disitu, saya memandang ke sisi lain bagian yang mempertahankan keaslian ornamen-ornamen khas budaya keislaman dari timur tengah, sambil menyentuh pilar-pilar yang merupakan pengembangan masjid yang dilakukan oleh Khalifah Bani Umayyah Abd Arrahman I.
Saya seperti terhubung dengan masa itu.
Situasi Hening kali ini menjadi pembeda… Suara organ rupanya mengalami jeda. Keheningan menguasai ruang cathedral yang pernah mengalami pengembangan lagi pada masa Khalifah Al Mansur Ibn Amir (987) dengan membangun penghubung dengan istana Cordoba, Andalusia.
Tidak puas sampai disitu, rasa penasaran tetap menggelitik pikiran, karena lokasi mihrab masjid yang sangat penting dan menjadi aktivitas utama imam saat solat berjamaah di Masjid Agung Cordoba, (begitu dulu nama masjid ini disebutnya) belum juga ditemukan.
Setelah berbalik arah, barulah dari kejauhan tampak pagar ruangan yang bertujuan untuk tidak didekati dalam jarak tertentu. Disitulah letak mihrab (tempat imam) yang dicari-cari.Itulah tempat sang Imam Masjid Jami’ Cordoba menghadap ke kiblat. Tempat ini menjadi memoir terpenting.
Saya terkesima.. terharu, speechless belasan ribu km jaraknya dari Jakarta, akhirnya sampai juga menyaksikan pusaran energi Islam yang menjadi kejayaan di benua Eropa di masa lalu. Cordoba adalah Ibukota sebuah pemerintahan Islam di Eropa yang terbesar pernah ada di Eropa.
Tempat inilah yang menjadi top destination saya dibawah Pusaran Energi Ka’bah selain haji ataupun umroh.
Saya pun kemudian ‘terbang’ ke masa kejayaan Islam berabad abad yang lalu pernah dilakukan disini. Menerawang dalam hiruk pikuknya aktifitas ibadah di Masjid Jami’ Cordoba untuk sholat, kegiatan syiar Islam sampai pengadilan syariah selama beberapa abad lamanya.
Selanjutnya kejayaan Islam di Andalusia Raya mengalami kemunduran dan kekalahan demi kekalahan sampai kepemimpinan terakhir yang bertahan sampai 1 April 1487 .
Sumber-sumber dari berbagai literatur menyatakan, bahwa hari itu adalah saat-saat dimana umat Islam yang kalah dari peperangan yang tersisa, diberikan kesempatan untuk meninggalkan Spanyol dengan aman melalui pelabuhan Granada.
Namun apa hendak dikata, justru pembohongan yang terjadi. Granada Andalusia menjadi ladang pembumihangusan bagi siapapun yang hendak pergi. Pelabuhan dibakar, orang-orangnya pun dibantai.
Inilah sebuah tragedi yang peringati dan dijadikan bahan kelakar “April Fool Day” / “April Mop” yang latarbelakangnya ternyata begitu tragis.
Di abad moderen ini pun, sempat terjadi sebuah tragedi di depan mihrab tahun 2010 lalu, dimana terjadi ketegangan antara pihak keamanan setempat dengan 8 dari 118 orang turis dari Austria yang menggelar sajadah dan melakukan sujud di depan mihrab ini.
Akhirnya pengadilan pidana Cordoba, tanggal 4 Feb 2013 lalu memutuskan vonis bebas kepada mereka. Tempat ini dianggap sebagai fasilitas publik yang telah menjadi milik bersama dan telah menjadi UNESCO World Heritage.
Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 09.20 dimana pihak keamanan setempat, telah memberi aba-aba kepada para pengunjung untuk meninggalkan ruangan.
Sambil melangkah keluar, ingatan dalam ruang memori saya terlintas sebuah adegan dalam film: 99 Cahaya di Langit Eropa ketika tokoh utama di film itu yaitu Hanum Salsabiela bersujud di depan mihrab ini,
Hmmmm.. Mihrab Mezquita dalam Memori. Sebuah kilas balik kisah kejayaan dan senja kala bagi sebuah mihrab di Cordoba, Andalusia.
Adelays, ini luar biasa. This is the monument of the journey. Great story, great capture. A masterpiece.
Whuaaaa… Terima kasih atas penghargaan atas posting ini….
luar biasa..
keren…
semoga suatu hari nanti aku juga bisa ke sana.
Amiin.. Aku doakan Juni…
nice trip, nice story *envy
Tq Inong.. Nyusul yaaa
Sangat menarik pengalaman mas di Mezquita yang bersejarah tersebut. Sangat menakjubkan pemandangan yang terdapat di dalam mezquita yang sudah jadi cathedral itu melalui foto-foto Tidak bisa dipungkiri bahwa peninggalan sejarah Islam di Cardoba dapat mengundang kesan di hati mas Islam umumnya kebanyakan orang ingin sampai ke sana.
Tidakkah mas merasakan bahwa bentuk mihrab Mezquita itu mempunyai bentuk dan rupa yang hampir sama dengan mihrab Nabi di Masjid Nabawi? Begitu juga foto yang Arsiktektur Mezquita dan Mihrab Mezquita setelah itu yang memaparkan tiang-tiang Mezquita juga mempunyai persamaan bentuk seperti tiang-tiang di Masjid Nabawi. Mungkin kerana jauhnya mezquita di Andalusia dengan Masjid Nabawi di Madinah sehingga untuk melepas rindu umat Islam di sana kepada Masjid Nabawi lalu dibuatkan Mihrab dan Tiang-tiang yang menyerupai walaupun tidak sama bentuknya.
Terima kasih mas, sudah menampilkan foto-foto yang sangat bermakna terutama menara masjid dan pintu gerbang masuknya yang tidak terbayang jelas walau sudah membaca buku 99 Cahaya dan filmnya. Saya puas menatap foto-foto itu sebagai rujukan tulisan perjalanan mas di dalamnnya. Mudah2an bermanfaat. tentu banyak lagi foto yang bakal ditampilkan, saya senang membacanya, mas.
Terima kasih sudah menulis sesuatu yang sangat berbobot untuk pengetahuan bersama.
Thanks Khusnul.. Komenmu Dalem betul…
Lagi-lagi postingan yang keren, Adelays…tempat bersejarah keagamaan nilai maknanya pasti beda dengan tempat bersejarah biasa. Disana biasanya ada nilai keimanan yang tidak sekedar indah, tapi juga penuh makna…duh, jadi pengen kesini deh…
Selamat Adelays, udah bisa berkunjung ke tempat-tempat bersejarah ini!
Minyak tawonnya nggak ketinggalan kan?
😉
Mbak…, Kayaknya saya nggak nyebut2 minyak tawon deh di posting ini…
Tau Dari mana ???? Jadi penasaran…
maaf saya ingin bertanya, sampai saat ini mihrab masih ada dan hanya itu mungkin peninggalan sejarah islam di mezquita, mengapa mihrab masih tetap terhjaga dalam katedral itu? mungkin adelays tahu? terimakasih..
Tidak hanya mihrab sebenarnya. Bentuk bangunan dan lekukan sudutnya pun masih merupakan bangunan masjid. Hanya saja di bagian tengahnya dikembangkan altar yg mencirikan gereja.
maaf bertanya lagi, mengenai waktu kunjungan yang saya ketahui itu dari nov-feb dan mar-oct apakah terdapat alasannya tertentu dalam perbedaan waktu kunjungan tersebut? terimakasih..
Ruri, pembatasan-pembatasan memang dilakukan oleh otoritas disana. Wajar sekali karena mereka juga harus merawat gedung lantaran usia nya yang sudah ratusan tahun.
Sebagai contoh, saya dantang kesana pagi-pagi jam 8.30 karena waktu waktu itu dibuka secara gratis. Setelahnya jam 10 kembali dibuka untuk umum untuk dengan tarif 8 Euro.
Kapan Ruri mau kesana ?