
Caramel Machiato
Secangkir Caramel Machiato , menemani saya menyepi di Václavské náměstí 813/57, lokasi kedai kopi terkenal yang tak jauh dari Hlavni Nadrazi, stasiun kereta api utama di kota Praha, Republik Ceko.
Thomas, sang manajer toko berbaik hati menawarkan susu panas dengan rasa kopi ringan dan sirup karamel di atasnya, membuai kehangatan kopi-susunya mengajak saya melupakan bekunya udara di luar toko yang kurang bersahabat.
Tidak turun salju, tapi suhu menunjukkan angka di sekitar 0 derajat Celcius, terpaan angin yang menampar-nampar pipi sejak berjalan menuju kedai ini, membuat usaha ‘damai’ bagi orang Indonesia asli seperti saya melawan cuaca, menjadi sulit walau berjaket tebal sekalipun.
Diluar cuaca, ada hal lain. Kesan negatif tingginya kejahatan di Eropa Timur yang saya baca di media sosial, menjadi momok yang menghantui. Konon, sasarannya adalah para pendatang dari Asia. Memiliki warna kulit dan postur tubuh yang mencolok dibandingkan kebanyakan orang Eropa pada umumnya, membuat kehadiran saya mencuri perhatian sejak tiba di stasiun kereta api tadi.
Walaupun ramai, kemegahan stasiun ini masih tertinggal jika dibandingkan dengan majunya peradaban di Eropa Barat seperti di Berlin Houpbanhoft, Jerman (stasiun kereta saya sebelumnya). Tidak banyak pemandangan istimewa yang sanggup menarik perhatian. Saya pun memilih berinteraksi secara terbatas dengan orang-orang asing di sini.
Interaksi terbatas, bukan berarti tidak ada kegiatan sama sekali lho, karena di dalam komplek stasiun kereta Hlavni, saya sudah melakukan beberapa hal seperti: mengantri penukaran uang di money changer , ke toilet dan mendatangi Tourist Information Center (TIC) yang entah kebetulan atau disengaja, pelayanannya sedang tutup, padahal kedatangan saya masih dalam jam kerja jam 4 sore.
Pilihan diam / tidak bertanya kepada sembarang orang, melengkapi selembar map ala kadarnya, gawai Global Positioning System (GPS) di smartphone yang sedang lowbat akut serta gangguan sinyal, kompak menjadi satu. Belum lagi trauma hampir kecopetan di Amsterdam beberawa waktu lalu masih melekat, semakin membuat saya menjadi overprotektif dan Enggan bertanya, sebuah ‘pangkat’ yang statusnya lebih tinggi dari sekedar malu bertanya kepada orang di sekitar.
Beberapa kali saya kesulitan mencari jalan keluar lantaran minimnya petunjuk jalan keluar kompleks stasiun kereta, tadi. “Fuih.. memang benar kata pepatah, Malu Bertanya Sesat di Jalan.” Baru malu bertanya saja bikin repot, apalagi enggan bertanya. Betul juga BNI: “Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan”.
Kalau saja (stasiun) kota ini punya perhatian yang baik terhadap pengunjungnya, setidaknya boleh jadi peran sosial media akan dikedepankan sebagai alternatif solusi, seperti fasilitas hashtag #AskBNI yang dimiliki oleh official twitter Bank BNI @BNI46. Kalau saja ada, fitur semacam #AskBNI itu sudah saya akses sejak tadi.
Seperti di @BNI46, customer/nasabah merasa sangat dimanjakan bila pertanyaan tentang apapun terhadapnya, dapat dijawab dengan respon cepat seperti :
- Ingin mengetahui bagaimana cara memblokir internet banking,
- Ingin mengetahui layanan yang dapat diperoleh,
- Dimana cabang-cabang yang terdekat dengan posisi kita,
- Mencari tahu apa event terdekat yang akan diadakan seperti Java Jazz,
- Dan lain-lain.
Sosial media, betapapun dihambatnya di masa lalu, di bekas negara-negara Eropa Timur kroni sosialis berhaluan timur seperti Rep. Czech, sudah saatnya maju melalui generasi mudanya yang lebih berpikiran universal. Perbaikan layanan seperti sosial media untuk publik, sudah waktunya menjalar di kehidupan masyarakat.
“Vítejte ve městě Praha!” kata Thomas ramah.
Ucapan yang berarti selamat datang di Praha, menghangatkan suasana di kedai ini. Ia memang belum mengenal saya, akan tapi sapaannya kepada para tamu, dalam waktu singkat membuat kami menjadi dekat. Bahkan ia menemani saya duduk sambil berbincang tentang negeri yang berjuluk “A city of hundres spires”, atau kota dengan ratusan menara ini.
Sebagai pelancong backpackers yang minim fasilitas, berani bertanya sesungguhnya menjadi kunci pembuka informasi kita, dengan jendela dunia yang lebih luas. Dengan tidak malu bertanya kepada narasumber, akan menjadikan kita dapat menaklukkan informasi penting yang kita butuhkan dimanapun, termasuk di negeri yang terkenal dengan kerajinan kristal Svarovski ini.
Dengan bertanya, tidak heran saya mulai menggugurkan prasangka buruk (tentang kota ini), dan mulai membangun kerangka berpikir positif, sehingga tanpa disengaja hal itu dapat meningkatkan semangat dan mengubah perspektif kota Praha, menjadi indah dan bersahabat.
“Make yourself at home Adelays“, kata Thomas lagi.
Tanyakan saja, apapun tentang kota ini, tambahnya dalam bahasa Inggris bercampur dialek lokal Czech. Tentu saja hal itu tidak itu saya sia-siakan. Sambil meneguk kopi, saya segera mendapat kejelasan lokasi hotel dengan berbagai alternatif rutenya tanpa membuka GPS di smartphone (yang sedang saya charge disini) atau map lokasi tujuan saya bermalam.
Dari Thomas, setidaknya ada dua alternatif yang bisa ditempuh untuk mencapai penginapan yang sudah saya booking dari situs http://www.booking.com sebelumnya, yaitu :
- Berjalan sejauh satu blok dan naik trem sejauh 2 pemberhentian, atau
- Berjalan kaki sebanyak 10 blok menuju daerah Old Town dimana salah satu situs kunjungan wisata bersejarah nan eksotik yang sangat terkenal di kota Praha bernama “Charles Bridge” berada tidak jauh dari penginapan.
Tak heran, pertanyaan yang saya ajukan dapat dijawab dengan lancar, pasalnya ia merasa senang dengan pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Karena tidak saja telah terbangun relationship yang baik antara Thomas dengan saya, tetapi juga –dengan bertanya-, ia menganggap terbentuk sikap kerendahan hati, karena penanya secara tidak langsung telah menempatkan diri yang ditanya menjadi penting, lantaran informasi yang diberikannya.
“Rezeki dan uang mengalir deras dari dari hal-hal kecil seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan turis dengan senang hati, Adelays” imbuh Thomas. Rupanya, disamping menjadi manajer toko, Thomas juga sukses sebagai pemandu wisata dengan bekerja paruh waktu selepas jam kerja.
Perbincangan ini sebenarnya telah memberikan hikmah tentang manfaat bertanya bagi saya, seperti :
- Dengan bertanya, saya mendapatkan jawaban dari yang ditanyakan, sehingga mau bertanya tidak akan sesat di jalan.
- Membina relationship dengan orang, dapat dibangun dengan bertanya
- Melatih kerendahan hati, karena penanya justru menempatkan posisi pemberi informasi yang tinggi akan informasi yang diberikannya.
- Memperkaya sudut pandang, tidak saja dari kita tapi juga dari penanya.
- Men-challange pola pikir negatif terlanjur terbentuk bahkan dapat membangun pola pikir positif setelah mendapatkan informasi yang lengkap.
Tidak hanya itu, sambil menyeruput machiato terakhir, saya juga memperhatikan Thomas berujar: “Kebanyakan orang malu untuk bertanya atau meminta tolong, dan tidak berani menghadapi penolakan. Itulah yang membedakan orang yang berhasil seperti Jobs dengan kebanyakan orang-orang yang hanya dapat bermimpi.” katanya menirukan Steve Jobs sebagai panutannya.
Dibalik keramahannya ternyata ia juga memiliki sosok inspiratif yang sama dengan saya. Jadi, kalau mau maju, tidak perlu ragu untuk untuk bertanya dan meminta tolong.
Sebelum saya beranjak dari kedai kopinya, Thomas menunjukkan jarinya pada rak yang berisi jajaran souvenir koleksi tumbler sebagai oleh-oleh / kenang-kenangan cantik khas bertuliskan “Praha” atau “Prague”. “Adelays, kalau anda membeli tumbler ini, akan saya berikan lagi kopi yang anda mau sebagai compliment, for free !”, serunya.
Senyum saya mengembang, lantaran menganggap ia telah berhasil menumbuhkan minat saya untuk membeli. Satu lagi keahlian Thomas selain manajer toko dan travel guide. Harus diakui, ternyata ia juga handal sebagai pahlawan devisa mata uang Crown Czech (CZK) bagi negaranya.
OK Thomas, sambil mengemasi charger dan smartphone dari belakang kursi tempat duduk, saya sampaikan rasa terima kasih atas keramahannya, hikmah bertanya , juga a tumbler from Praha darinya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blogging @BNI46 #AskBNI dengan tema:
“Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan”.
Asal jgn malu bertanya sesat didompet aja yah mas adelays hehehe…
Well… i hope ican go there
Hahaha.. kalau itu masalah ibu CEO Emerald ya.. ..
Didoakan bisa kesana.
Waah seru juga ketemu manager kafe yang baik hati dan tidak sombong macam ini di negeri orang pula. Suatu kesempatan yang amat langka 🙂
Yep.. kan spt yg BNI contohin.. Malu bertanya sesat dijalan. So jangan malu lah…
Wah mas kalo di Praha malu bertanya malah jadi tersesat kemana mana nantinya, bagus artikel nya, salam kenal
Tks. Mas Pujo..
Rupanya ini tulisan kedua tentang Praha ya, banyak pelajaran berharga saat kita melakukan perjalanan ke luar negeri, apalagi kalo baru pertama kali berkunjung ke negara tersebut. Tulisannya sangat inspiratif, Adelays.
Memang, ada baiknya mempelajari keadaan negara tsb. sebelum kita kesana, biar maksimal.
Baguuss, sayang nya foto penulis nya ngga ada ya hehehehe
hehehe.. ntar dikira narsis lagih..
Aaaiih ada cerita lagi di balik perjalanan Adelays ke Eropa, memang ya kadang kita ragu untuk bertanya, tapi justru itu pentingnya bertanya apalagi kalo kita sedang berada di suatu kondisi khusus. Tanya itu wajib… kalo ngga, bisa fatal akibatnya.
Fatalnya nyasar yeh.. heheheh
Malu bertanya, Google menjawab. 😆
ada lagi yang lain, ask.com yahoosearch, bing dll. 🙂
kok ya pas mampir di kafe, jadi dapet hikmahnya : (1) dapet kopi anget, (2) dapet kenalan baru yg baik, (3) dapet info yang dibutuhkan tanpa harus ragu buat nanya, asssseeekk
Yoi Bram, Rejeki anak soleh.. hihihihi…
Malu malu bertanya, tersesat kemudian — eeeh jangan sampee deh
makanya nanya ama #AskBNI dunks…
setuju banget.
ayo terus berusaha dan jangan malu bertanya.
sekarang jamannya MAU BERTANYA NGGAK SESAT DI JALAN
http://alvinatorum.blogspot.co.id/2016/01/mau-bertanya-nggak-sesat-di-jalan.html
Stuju Mas Alvin. selamat ikutan juga lombanya…
Setuju hrs berani bertanya walaupun memakai bahasa isyarat…
Betul.. klo ngga faham bahasanya
Mari bertanya, supaya tidak tersesat di kemudian hari
Malu bertanya berjalan-jalan.
Lama tak main kesini ternyata sudah ngelayap kemana-mana. Sukses terus mas Adelays.
salam
boleh blue bertanya pada abangku ini???????????????
bagaimana kabarnya?
salam hangatd ari blue ya……..hahahhahaha
Hi blue… kabar baik.